Senin, 03 Maret 2014

Langit Senja Kaliurang

gerimis merangkul embun
membawanya turun beruntun
daku berdiri sendiri di tengah
memijakkan kaki di tanah yang basah
sedang orang-orang berteduh
mengaduh sampai gaduh
sekeliling serasa berpusing
dengan suara bising

tak sengaja mataku tuju satu
gadis jubah abu ku tatap sendu
matanya yang jua sayu menggugahku
biar pikiranku saat ini tentangmu
untuk keindahan yang tersematkan pada senyummu
biar pula aku menjadi patung-membisu

kebisuan kosong seakan menggagahiku dengan perkasa
ingin aku mengambil pisau untuk menghunus jantungku
biar mampus sekalian !
ketimbang bimbang tak hilang jua

sesampainya gerimis berhenti
embun pun pulang kembali
semuanya dikembalikan
bersama angin berkabut yang menricuhkan
hingga kenyataan memenggal kebisuan
mengeyahkan bimbang nan hengkang
terbang menghilang di langit senja penuh kabut Kaliurang



Kaliurang, 13 Oktober 2012

Sabtu, 05 Oktober 2013

Langit Malam

untuk Pearl, Langit Malam ku


Jika sudah tau sia-sia kenapa masih berusaha? Apakah aku benar-benar tak mempunyai kaca cermin? Ada, di dalam almari itu-----pintu masuk dunia imajinasi. Kaca cermin itu lebih ngeri ketimbang kenyataan. Ketika aku membuka pintu almari itu, aku bisa menjadi linglung seharian. Lantas kenapa aku tak memasang cermin baru saja? Apakah aku terlalu takut akan ada pintu imajinasi lain yang terbuka dan kembali sia-sia? Aku rasa begitu, belum nanti ada orang datang bak Tuhan yang merubah apa saja yang dirasanya buruk lalu pergi dan meninggalkan imajinasi. Lagi-lagi imajinasi.. Ya, seperti si "Langit Malam".

Aku memberinya nama Langit Malam sesuai momen yang pernah kami langsungkan. Kala kegelapan menunjukkan keindahan bintang yang tak pernah kami temui di kota. Di tepi pantai sepi itu. Ia memang seperti langit malam di pantai pada umumnya. Yang memelukku dan menghembus  nafas haru pada bibir pantai itu bersama sebotol bir, segudang cerita, dan juga dingin-----di mana saja dingin tak pernah mau ketinggalan. Aku kira ketika dingin itu mulai memuncak, ia akan mengajakku berbagi hangat bersama, ternyata ia malah memintanya dariku dan meninggalkanku menggigil sendirian.

Ia tak sekuat yang aku kira. Terlalu lemah untuk melawan resiko dan lebih memilih jebakan untuk kembalikan stabilnya hidup miliknya. Ia seperti udang yang menyala pada bekas tarian ombak di pasir pantai malam itu. Mengundang untuk disentuh karena kelip cahayanya dan ketika sudah ku sentuh, kembali meredup agar dikembalikan ke semua. Ya seperti ia, si "Langit Malam".

Aku berani mengatakannya padamu, "Langit Malam", jika cahayamu itu sesungguhnya palsu. Kau tau? aku tak pernah merasa tertipu. Hanya saja aku menunggu dengan keyakinan yang pasti bahwa kau akan benar-benar bercahaya untukku sesampainya nanti. Sayangnya...






Yogyakarta, 6 Oktober 2013

Kamis, 03 Oktober 2013

Amburadul

kebenaran dipenjara dan dibakar
doktrin sesat semakin giat
terinjak sudah nurani lantaran ikut-ikutan
sejatinya manusia diinjaknya sendiri

huru hara kalang kabut pada fana
siksa tirani menjadi
putuskan asa jadi jalan singkat
tertunduk dan terpaksa buta dengan kekacauan

kini manusia murni mulai kalah
jadinya anak-anak iblis menari-nari
kemunafikan mulai ditampakkan bangga

fitnah jadi gegaman
pencabulan hak asasi dihalalkan
lewat gorong-gorong tokoh besar kemunafikan

pemberontakan akan kemunduran disambut dentum senapan
bumi penuh kecaman di mana hak suara terbungkam
kedamaian menjadi mahal bagi para alas kaki
edannya tak peduli dengan segala beban janji

AMBURADUL !!






Yogyakarta, 5 Mei 2012